animasi bergerak

Rabu, 14 Desember 2016

DEFINISI

A.    Latar Belakang
            Sewaktu orang memasuki pembicaraan permulaan suatu ilmu, ia akan bertemu dahulu dengan definisinya. Dalam pembicaraan sehari-hari tidak jarang kita diminta untuk menjelaskan pengertian kata yang kita gunakan. Menjelaskan pengertian kata agar tidak terjadi kesimpangsiuran.
            Dalam proses pembicaraan atau  membaca, tidak jarang orang bertemu dengan kata-kata yang artinya tidak menjadi jelas melalui konteksnya. Untuk memahami artinya dibutuhkan definisi sehingga salah satu tujuan definisi adalah menambahan perbendaharaan bahasa bagi orang yang tidak tahu tersebut. 
            Tujuan berikutnya dari definisi adalah untuk menghapus kedwiartian kata, khususnya kata-kata kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir dan tidak sekedar bersifat verbal. Di lain kesempatan, kita mungkin sedikit tahu arti kata, tetapi tidak pasti batas-batas penerapannya. Nah, di sinilah definisi perlu dibuat.  
           
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian definisi?
2.      Apa saja patokan dalam membuat definisi?
3.      Apa saja contoh-contoh definisi yang benar?
4.      Apa saja jenis-jenis definisi?
C.     Pembahasan
1.      Pengertian Definisi
            Definisi berasal dari kata Latin: definire yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jika tidak demikian, orang akan gampang bicara secara liar ‘ke utara ke selatan’ dan diluar masalah. Dengan mencari definisi, kita akan lebih cermat membedakan hal-hal yang hakiki dan hal-hal yang sampingan didalam sesuatu.[1]
            Definisi adalah pengetahuan yang kita butuhkan. Menjelaskan pengertian kata agar tidak terjadi kesimpang siuran terhadap penggunanya merupakan tugas definisi.
            Mendefinisi adalah menyebut sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjukan objek yang lain pula. Jadi, mendefinisi suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya.[2]
2.      Patokan Membuat Definisi
a.       Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
Definisi yang terlalu luas misalnya:
1)      Merpati adalah burung yang dapat terbang cepat.
(Banyak burung  yang dapat terbang cepat bukan merpati)
2)      Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai peraturan-peraturan.
(Banyak organisasi masyarakat yang mempunyai peraturan tetapi bukan negara)
3)      Pidato adalah cara untuk mempengaruhi orang lain dengan kata-kata.
(Banyak cara untuk mempengaruhi orang lain dengan kata-kata tetapi bukan pidato).
Definisi yang terlalu sempit misalnya:
1)      Kursi adalah tempat duduk yang dibuat dari kayu, bersandaran, dan berkaki.
(Banyak juga kursi yang tidak dibuat dari kayu).
2)      Jujur adalah sikap mau mengakui kesalahan sendiri.
(mau mengakui kelebihan lawan juga disebut sikap jujur).
3)      Kekayaan adalah hasil pertanian yang dapat disimpan.
(Banyak selain hasil pertanian bisa disebut kekayaan).
b.      Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan.
Definisi yang melanggar peraturan ini diebut definisi sirkuler, berputar atau tautologi, atau tahsilul hail seperti:
1)      Wajib adalah perbuatan yang harus dikerjakan oleh setiap orang.
2)      Kafir adalah orang yang ingkar.
3)      Merdeka adalah dalam keadaan bebas.
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua pengulangan melanggar patokan ini. Pengulangan seperti dibawah ini diperbolehkan.
1)      Amalan wajib adalah perbuatan yang diberi pahala bila dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.
2)      Hukum waris adalah hukum yang mengatur pembagian harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal.
3)      Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam mencapai kemakmuran.
Pada definisi-definisi tersebut kata amalan hukum dan ilmu sudah dianggap dan diketahui; yang menjadi fokus perhatian adalah kata wajib, waris dan ekonomi.[3]
c.       Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan.
      Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi obscurum per obscurius artinya menjelaskan sesuatu dengan keterangan yang justru lebih tidak jelas. Ini dapat terjadi karena menggunakan bahasa plastik yang tidak sesuai dengan konotasi dan denotasi yang sesungguhnya atau menggunakan istilah yang tidak dapat dimengerti umum, terbatas dalam pemikiran ahli saja.
Definisi dengan menggunakan bahasa plastik seperti:
1)      Sejarah adalah samudera pengalaman yang selalu bergelombang tiada putus-putusnya.
2)      Kehidupan adalah sepotong keju.
3)      Sedekah adalah pembuka pintu surga.
Definisi  yang hanya dimengerti oleh para ahli misalnya definisi Herbert Spencer tentang evolusi yang dibatasinya dengan:
     Perubahan terus-menerus dari homogenitas yang tidak menentu dan tidak serasi kepada heterogenitas yang menentu dan serasi dalam susunan dan kegiatan melalui diferensiasi dan integrasi sambung-menyabung.[4]
d.      Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif:
1)      Benar adalah sesuatu yang tidak salah.
2)      Indah adalah sesuatu yang tidak jelek.
3)      Miskin adalah keadaan tidak kaya.
4)      Syair adalah bentuk sastra lirik bukan pantun.
5)      Manusia adalah binatang bukan kambing
6)      Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial bukan ilmu komunikasi
Hanya keadaan yang tidak mungkin dihindari bentuk negatif diperbolehkan, seperti:[5]
1)      Orang buta adalah orang yang indera penglihatannya tidak berfungsi.
2)      Orang buntung adalah orang yang tidak mempunyai anggota tubuh yang lengkap.
3)      Orang miskin adalah orang yang penhasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Tetapi selama masih bisa diusahakan, kita tidak boleh menggunakan bentuk negatif.
e.       Definisi harus dapat dibolak-balik, definisi harus setara dengan definiendum
f.       Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari definiendumnya maka definisi yang terbaik adalah genus yang terdekat ditambah cirri pembedanya atau dengan kata lain per genus et differentia.
Contoh:     Kuda adalah Equus Caballus.
                  Equus – genusnya.
Caballus – differentianya, yang membedakan kuda dari kedelai dan zebra.[6]
g.      Definisi harus pendek, jangan sampai karena terlalau banyak kata yang tidak jelas
h.      Definisi harus terdiri dari jenis terdekat dan perbedaan khusus.[7]
3.      Contoh-contoh Definisi yang Benar
1.      Penguin adalah spesies burung yang tidak bisa terbang tetapi pandai berenang. .
2.      Gas adalah zat yang yang tidak bisa dilihat bentuknya tetapi bia dirasakan kehadirannya. [8]
3.      Taman nasioanal adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan bersistem untuk keperluan berbagai penelitian, perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata,
4.      Manusia adalah makhluk yang berpikir dan dapat membentuk sebuah peradaban.
5.      Biota laut adalah seluruh makhluk hidup yang berkembang biak di laut.
6.      Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar  manusia dan berhungan timbal balik. [9]
4.      Jenis-Jenis Definisi
a.       Definisi Nominal, definisi yang bermaksud menjelaskan arti istilah saja. Dalam bentuk sederhana, definisi ini disebut definisi sinom, contoh: Definisi sama dengan batasan. Macan sama dengan harimau.
b.      Definisi denotative (Ostentif), adalah definisi yang menunjuk contoh individual.dalam laboratorium kimia kita akan menunjukan warna suatu zat sebagai hasil suatu reaksi, ternyata kita tidak dapat membuat definisi tersebut dengan kata-kata, tetapi kita bisa menunjuk warna tersebut bila ada warna tersebut didepan kita.
c.       Definisi konotatif yaitu definisi yang menjelaskan cukup lengkap kepada definiendum karena telah menunjukan cirri pembeda dari genus yang terdekat (per genus et differentia).
d.      Definisi operasional, definisi yang menerapkan langkah-langkah kegiatan yang terjadi pada definiendum.
e.       Definisi causal, definisi yang menjelaskan dengan cara menceritakan asal-usul terjadinya hal yang didefinisikan.[10]
f.       Definisi riil (tentang suatu barang) ialah penjelasan tentang sutau barang yang ditunjuk oleh nama itu. Definisi riil dapat jadi lahiriah atau batiniah (ekstrinsik atau intrinstik).

D.    Penutup
1.      Kesimpulan
      Definisi berasal dari kata Latin: definire yang berarti menandai batas-batas pada seuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Menjelaskan pengertian kata agar tidak terjadi kesimpang siuran terhadap penggunanya merupakan tugas definisi.
Patokan dalam membuat definisi:
1.      Defini tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dalam konotasi kata yang didefinisikan.
2.      Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan.
3.      Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang membingungkan.
4.      Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif
5.      Definisi harus dapat dibolak-balik, definisi harus setara dengan definiendum
6.      Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari definiendumnya maka definisi yang terbaik adalah genus yang terdekat ditambah cirri pembedanya atau dengan kata lain per genus et differentia
Contoh-contoh definisi yang benar:
1.      Gas adalah zat yang yang tidak bisa dilihat bentuknya tetapi bia dirasakan kehadirannya.
2.      Taman nasioanal adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan bersistem untuk keperluan berbagai penelitian, perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata,
3.      Manusia adalah makhluk yang berpikir dan dapat membentuk sebuah peradaban.
Jenis-jenis definisi
a.       Defines Nominal
b.      Definisi denotative
c.       Definisi konotatif
d.      Definisi operasional
e.       Definisi causal
2.      Kritik dan Saran
      Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, guna memperbaiki makalah kami dimasa yang akan datang.



[1] W Poespoprodjo, Logika scientifika, (Bandung: Pustaka Grafika, 1996), hlm. 136
[2] Mundiri, Logika,  (Jakarta: aRajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 37
[3] Mundiri, Logika,  (Jakarta: aRajaGrafindo Persada, 2014), hlm.40
[4] Mundiri, Logika,  (Jakarta: aRajaGrafindo Persada, 2014), hlm.41
[5] Mundiri, Logika,  (Jakarta: aRajaGrafindo Persada, 2014), hlm.42
[6] Oesman Arief, Ilmu Logika, (Surabaya: pt bina Ilmu, 1982), hlm 30
[7] M. Sommers, Logika, (Bandung: Percetakan Offest Alumni, 1982), hlm 101
[10] Oesman Arief, Ilmu Logika, (Surabaya: pt bina Ilmu, 1982), hlm 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar