animasi bergerak

Sabtu, 10 Desember 2016

SISTEM KEKERABATAN DALAM ANTROPOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Masalah asal mula dan perkembangan keluarga dalam masyarakat telah lama menjadi perhatian para ahli ilmu-ilmu sosial, yang dalam upaya itu telah mencari bahan perbandingannya dalam kawanan-kawanan hewan yang hidup berkelompok.
Pada tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, manusia mula-mula hidup mirip sekawan hewan berkelompok, pria dan wanita hidup bebas tanpa ikatan. Kelompok keluarga inti sebagai inti masyarakat karena itu juga belum ada. Lama-            Lama manusia sadar akan hubungan antara seorang ibu dan anak-anaknya, yang menjadi satu kelompok keluarga inti karena anak-anak hanya mengenal ibunya, tetapi tidak mengenal ayahnya.
            Dalam kelompok seperti ini ibulah yang menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anak yang berjenis pria di hindari, sehingga timbullah adat eksogami. Kelompok ibu, dengan ini telah mencapai tingkat dalam proses perkembangan kebudayaan manusia.
Sistem kekeluargaan merupakan salah satu segi dari kebudayaan bermacam-macam pengelompokan. Manusia sejak dilahirkan telah langsung termasuk dari bagian satu jenis kelompok yang terdapat di mana- mana atau yang universal sifatnya yaitu keluarga.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kekerabatan?
2.      Apa saja system-sistem kekerabatan Indonesia?
3.      Apa saja bentuk dan fungsi keturunan?














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian kekerabatan atau kekeluargaan
Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara pihak tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama baik memiliki keturunan biologis , social, dan budaya. Hubungan kekerabatan ini adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokan tiap orang kedalam kelompok social peran katagori dan silsilah. Dan dalam Antropologi sistem kekerabatan termasuk dalam keturunan dan pernikahan.
Sitem kekerabatan menurut Meyer Fortes adalah bahwa system kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untu kmenggambar struktur social dari masyarakat yang bersangkutan.[2]
B.     Sistem-sistem kekerabatan Indonesia
a.       Sistem kekerabatan parental
Anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya. Anak juga menghubungkan diri dengan kerabat ayah-ibunya secara bilateral. Dalam sistem kekerabatan parental kedua orang tua maupun kerabat dari ayah-ibu itu berlaku peraturan-peraturan yang sama baik tentang perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, pewarisan. Dalam susunan parental iniseorang anak hanya memperoleh semenda dengan jalan perkawinan, maupun langsung oleh perkawinannya sendiri, maupun secara tak langsung oleh perkawinan sanak kandungnya, memang kecuali perkawinan antara ibu danayahnya sendiri.Susunan sistem kekerabatan parental berlaku pada masyarakat jawa, madura, Kalimantan dan Sulawesi.
b.      Sistem kekerabatan patrilineal
Anak menghubungkan diri dengan ayahnya (berdasarkan garisketurunan laki-laki). Sistem kekerabatan ini anak juga menghubungkan diridengan kerabat ayah berdasarkan garis keturunan laki-laki secara unilateral.Di dalam susunan masyarakat Patrilineal yang berdasarkan garis keturunan bapak (laki-laki), keturunan dari pihak bapak (laki-laki) dinilai mempunyaikedudukan lebih tinggi serta hak-haknya juga akan mendapatkan lebih banyak. Susunan sistem kekerabatan Patrilineal berlaku pada masyarakatBatak dan Bali.
c.       Sistem kekerabatan matrilineal
Anak menghubungkan diri dengan ibunya (berdasarkan garisketurunan perempuan). Sistem kekerabatan ini anak juga menghubungkan diridengan kerabat ibu berdasarkan garis keturunan perempuan secara unilateral.Dalam masyarakat yang susunannya matrilineal, keturunan menurut garis ibudipandang sangat penting, sehingga menimbulkan hubungan pergaulankekeluargaan yang jauh lebih rapat dan meresap di antara para warganya yangseketurunan menurut garis ibu, hal mana yang menyebabkan tumbuhnyakonsekuensi (misalkan, dalam masalah warisan) yang jauh lebih banyakk dan lebih penting daripada keturunan menurut garis bapak.Susunan sistemkekerabatan Matrilinel berlaku pada masyarakat minangkabau.[3]

C.     Bentuk dan fungsi kelompok keturunan
Tugas yang dilaksanakan kelompok keturunan yaitu bermacam-macam. Disamping berfungsi memberi bantuan timbal balik kepada para anggotanya, kelompok keturunan juga dapat member bantuan kepada orang lanjut usia dan orang sakit atau membantu dalam perkawinan atau kematian. Kelompok keturunan juga dapat berfungsi memegang peranan dalam menentukan dengan siapa orang boleh dan tidak boleh kawin. Kelompok keturunan juga dapat berfungsi sebagai penyimpan tradisi keagamaan. Pemujaan arwah nenek moyang, misalnya merupakan sarana yang penting yang memperbesar solidaritas kelompok.
1.      Lineage
Lineage adalah badan kelompok keturunan yang terdiri atas kerabat-kerabat sedarah yang mengaaku sebagai keturunan dari nenek moyang yang sama dan yang dapat menelusuri keturunan itu melalui garis-garis yang secara genealogis yang diketahui. Istilah itu biasanya digunakan bila aturan umum[4] dalam masyarakat adalah bentuk keturunan unilineal, ada kelompok ambilineal yang sama.
Lineage berorientasi pada leluhur. Keanggotaan dalam kelompok hanya diakui kalau hubungan dengan leluhur bersama itu dapat ditelusuri dan dibuktikan. Kekuasaan politik dan keagamaan berasal dari lineage.
Lineage seperti General Motors atau Polaroid adalah badan hokum. Karena sesudah para anggotanya meninggal dunia badan hokum itu tetap ada. Lineage merupakan dasar yang kokoh dan efektif untuk organisasi sosial.
Keadaan yang umum dalam lineage ialah bersifat eksogaminya. Anggota suatu lineage harus mencari jodohnya dari lineage lain. Keuntungan dari eksogami lineage adalah bahwa persaingan seksual yang potensial didalam kelompok dapat dikendalikan, memperkuat solidaritas. Eksogami merupakan perkawinan bukan hanya persetujuan antara dua individu tetapi juga persekutuan baru antar lineage. Eksogami lineage memelihara komunikasi terbuka dan memperlancar penyebaran pengetahuan dari lineage yang satu kepada yang lain.[5]
2.      Klen
Generasi berganti generasi dan didalam lineage lahir para anggota baru, jumlah anggotanya mungkin menjadi terlalu besar untuk dikelola dengan baik. Lineage akan terbelah menjadi lineage baru yang lebih kecil. Kalau terjadi pembelahan, anggota lineage yang baru tetap mengakui adanaya hubungan dasar anatara yang satu dan yang lain. Akibat proses ini ialah lahirnya kelompok keturunan jenis kedua yaitu klen. Istilah “klen” dekat artinya dengan “sib”. Klen (sib) didefinisikan sebagai kelompok keturunan non-badan hokum, dimana setiap anggotanaya menganggap diri sebagai keturunan dari leluhur yang sama (yang boleh jadi ada sungguh-sungguh atau hanya fiktif), tetapi tidak dapat menelusuri garis genealogis yang sebenarnya sampai kembali kepada leluhur mereka. Klen berbeda dengan lineage dari segi lain tidak ada unit tempat tinggal yang pada umumnya meskipun tidak selalu demikian merupakan cirri lineage. Keturunan dapat bersifat patrilineal, matrilineal atau ambilineal.
Anggota klen tidak memliki harta benda berwujud. Klen memegang fungsi pemersatu yang penting. Klen dapat mengatur perkawinan melalui lembaga eksogami. Klen member kebebasan kepada orang-orangnya untuk menjadi anggota kelompik local yang bukan kelompok mereka sendiri.[6]
Karena tidak memiliki kesatuan tempat tinggal seperti lineage, klen bersandar pada lambing-lambang berupa binatang, tumbuh-tumbuhan, kekuatan alam, dan benda-benda untuk membangkitkan solidaritas para anggotanya dan sarana identifikasi. Lambang itu disebut totem.
Totem adalah konsep yang sedang berubah yang berbeda-beda dari klen ke klen. Sejenis totemisme modern yaitu tim baseball dan sepak bola diberi nama binatang-binatang galak seperti harimau. Akan tetapi, lambing-lambang binatang dalam masyarakat modern tidak mengandung pengertian tentang keturunan dan rasa kekeluargaan yang kuat dan juga tidak ada hubungannya dengan macam-macam upacara yang berkaitan dengan totem klen.
3.      Fratri dan Paruh
Fratri (phatry) ialah kelompok keturunan unilineal yang terdiri atas dua klen atau lebih yang dianggap saling berhubungan, terlepas dari apakah nyatanya memang demikian atautidak. Para anggota fratri tidak menelusuri secara teliti keturunan mereka dengan leluhur bersama mereka, meskipun mereka mengakui bahwa leluhur itu tidak ada.[7]
Kalau seluruh masayrakat terbagi menjadi dua dan hanya dua kelompok keturunan yang besar, entah itu sebanding dengan klen atau fratri, setiap kelompoknya disebut paruh (moiety). Anggota paruh percaya mereka memiliki leluhur bersama. Anggota lineage dan klen lebih kuat dari pada anggota fratri dan paruh. Karena kelompok yang terakhir ini lebih besar dan bersifat lebih kabur.
4.      Kekerabatan Bilateral dan Kelompok Saudara
Kekerabatan bilateral adalah karakteristik masayrakat barat menghubungkan seseorang dengan lain-lain saudara dekat melalui laki-laki dan perempuan. Jadi prinsip ini menghubungkan seseorang menurut garis keturunannya dengan semua delapan orang nenek dan kakeknya dan kesamping dengan semua saudara sepupu tingkat ketiga dan keempat. Kelompok biasanya diperkecil menjadi lingkungan keci terdiri keluarga dari pihak ayah dan ibu, disebut kelompok saudara (kindred). Kelompok saudara didefinisikan sebagai kelompok orang-orang yang saling berhubungan erat dengan seseorang yang masih hidup melalui kedua orangtuanya. Keturunan unilineal, organisasi kelompk saudara lebih melebar daripada keatas. Artinya ego atau orang yang dijadikan pusat untuk menentukan tingkat dari setiap hubungan merupakan puasat kelompok.[8]
Kelompok saudara memiliki karakteristik menyebabkan berbeda dengan semua kelompok keturunan lainnya karena strukturnya yang bilateral, kelompok saudara tidak pernah sama untuk dua individu yang manapun juga, kecuali saudara kandung (laki-laki dan perempuan). Jadi, tidak ada dua orang (kecuali saudara kandung) yang termasuk kelompok saudara yang sama. Hal yang sama berlaku untuk ibu ego, bibi-bibi dari pihak ibu dan ayah dan paman-paman. Jadi, kelompok saudara itu tidak terdiri atas orang-orang yang memiliki leluhur bersama tetapi atas orang-orang yang sama-sama mempunyai hubungan dengan orang yang masih hidup yaitu ego.
Ego: pusat kelompok saudara. Kelompok saudara disebut kelompok yang berpusat atau berfokus ego, sebab yang menjadi titik pusatnya adalah ego atau orang yang melihat kepada ke;ompok. Jadi karena kaburnya, sifatnya yang sementara dan mudahnya berubah-ubah, kelompom saudara merupakan unit sosial yang lebih lemah daripada kelompok keturunan. Kelompok saudara bukan kelompok yang lestari – kelompok berhenti dengan kematian ego. Tidak ada yang dapat memiliki, mengelola dan memindahkan tangankan harta milik. Kelompok saudara tidak dapat mengatur penugasan, juga tidak mudah dapat melaksanakan pengadilan dan menentukan status. Akhirnya, kelompok saudara juga dapat mengatur perkawinan melalui system eksogami.
Kelompok kekerabatan kebanyakan terdapat dalam masyarakat industri. Dalam masyarakat seperi itu perorangan yang dipentingkan dan system kekerabatan yang kuat tidak begitu penting seperti untuk bangsa non-Barat.
5.      Evolusi Kelompok keturunan
Perkawinan berfungsi sebagai mekanisme untuk mempersatukan individu-individu dalam sebuah masyarakat. Lineage lahir dari organisasi keluarga luas, selama ada masalah-masalah organisasi yang pemecahannya dapat dibantu oleh kelompok-kelompok. Inti keluarga itu (pria dalam keluarga patrilokal, wanita dari yang matrilokal, dan pria maupun wanita dari ambilokal).
Lineage akan hilang landasan ekonominya apabila sumberdayanya diambil oleh lembaga-lembaga politik yang timbul. Akan tetaapi, klen mungkin tetap hidup kalau tetap mengandung fungsi integratif yang penting.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara pihak tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama baik memiliki keturunan biologis , social, dan budaya.
Sistem kekerabatn di Indonesia sendiri ada 3 yaitu:
1.      Sistem kekerabatan parental
2.      Sistem kekerabatan patrilineal
3.      Sistem kekerabatan matrilineal
Bentuk dan fungsi keturunan dalam kekerabatan ada 5 yaitu:
1.      Lineage
2.      Klen
3.      Fratri dan paruh
4.      Kekerabatan Bilateral dan kelompok saudara
5.      Evolusi Kelompok keturunan




Daftar PUSTAKA
Koentjaraningrat,Pengantar Antropologi II. Jakarta:PT RINEKA CIPTA,2005.
William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985


[1] Koentjaraningrat,Pengantar Antropologi II. Jakarta:PT RINEKA CIPTA,2005.
[2] Koentjaraningrat,Pengantar Antropologi II. Jakarta:PT RINEKA CIPTA,2005.
[3] https://laynardhoaliy.wordpress.com/2014/01/05/sistem-kekerabatan-yang-ada-di-indonesia/

[4] William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985,hlm114
[5] William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985,hlm115

[6] William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985,hlm116

[7] William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985,hlm117

[8] William A. Haviland R.G. Soekadijo,Antopologi Edisi keempat jilid tiga,Jakarta:Erlangga,1985,hlm118

Tidak ada komentar:

Posting Komentar