BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah dakwah berasal dari dua kata yaitu sejarah dan
dakwah.”sejarah ” berasal dari bahasa arab yaitu “syajarah” yang berarti pohon
. Dalam bahasa arab sendiri sejarah itu juga di sebut tarikh yang berarti
penanggalan atau kejadian berdasarkan urutan tanggal dan waktu. Orang inggris
sendiri menyebut sejarah dengan histori yang katanya berasal dari bahasa yunani
yaitu “istoria” yang berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang
gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun tidak . Sejarah adalah
pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan
kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini.
Sedangkan dakwah secara etimologis (lughatan) berasal dari kata
da’a, yad’u, dakwatan. kata da’a mengandung arti menyeru, memanggil, dan
mengajak. dakwah dapat diartikan sebagai panggilan, seruan, dan ajakan. jadi
dakwah islam adalah kegiatan mengajak, menyeru dan memanggil seseorang kepada
islam. Wahyu Ilahi sendiri mendefinisikan dakwah sebagai “kegiatan mengajak,
mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan
allah dan istiqmah dijalannya, serta berjuamg bersama meninggikan agama allah
swt”.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa sejarah dakwah adalah
peristiwa masa lampau umat islam dalam upaya mereka menyeru, memanggil, dan
mengajak umat manusia kepada islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan
perubahan – perubahan yang terjadi setelah dakwah di gulirkan baik secara
langsung maupun tidak langsung .
Cina merupakan
negara terbesar ketiga yang mempunyai penduduk terpadat. Yang berjumlah sekitar
1.3 milyar penduduk.dan juga di anggap bahwa negara ini merupakan negara
komunis Di negara yang menggunakan mandarin sebagai bahasa nasionalnya menganggap
bahwa agama tidaklah penting, karena mereka menganggap bahwa agama adalah
sesutau yang kuno dan agama di gunakan pada masyarakat yang tidak mampu
menjalankan tantangan hidup.
Dakwah
mempunyai pegertian mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang
munkar. Oleh karena itu peran dakwah yang diperlukan untuk melurusakan jalan
yang menyimpang tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah awal dakwah di cina ?
2.
Bagaimana proses dakwah islam masuk ke cina ?
3.
Bagaimana pola dakwah kontemporer Cina?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Dakwah Islam
di Cina
Sebuah hadits Nabi Muhammad berbunyi: “Carilah ilmu walaupun ke negeri
Cina”. Meskipun sanad hadits ini tidak begitu kuat, namun bukan mustahil bahwa
Nabi Muhammad mengenal negeri Cina, mengingat hubungan perdagangan antara Arab
da Cina telah lama terjalin sebelum
beliau lahir. Melalui Arablah Syria dan kota-kota pelabuhan di Laut Tengah
menerima hasil-hasil bumi negeri-negeri timur.[1]
jika di lacak
kedatangan islam di cina dapat di telusuri melalui dua jalur perdagangan:
Pertama , melalui jalan laut dan kemudian melalui jalan darat. Dan komunitas
muslim melalui jalan tersebut telah meningkat secara terus menerus melalui
imigrasi, perpindahan agama dan perkawinan. Pada abad ke-6 perdagangan antara
Arab dan Cina sangat berkembang melalui Ceylon. Sementara itu pada abad ke-7
perdagangan segitiga antara Arab, Cina dan Persia makin berkembang lagi dan
kota Syiraf di teluk Persia merupakan bursa bagi para pedagang Cina (618-907).
Dan pertama kali nama Arab di sebut-sebut dalam sejarah Cina. Mereka mencatat
kekuasaan islam di madinah dengan ringkas juga menggambarkan keadaan agama baru
tersebut.[2]
B.
Proses Islam masuk ke Cina
Islam
telah tersebar di Cina selama lebih 1300 tahun. Kini terdapat lebih dari 20
juta warga Muslim di negeri itu. Mereka tersebar 10 suku, termasuk etnik
Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya.
Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh Cina, terutama di bagian
barat laut Cina, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, wilayah
otonomi Xinjiang dan wilayah otonomi Ningxia.
Ekspedisi Arab pertama kalinya dating ke Cina di tahun kedua, yaitu pada
dinasti Tang tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Usman. Ekspedisi tersebut
dipimpin oleh Saad bin Ibn Abi Waqqas salah satu sahabat Nabi Delegasi tersebut
melalui laut, mendarat di Canton, kemudian melalui darat pergi ke ibukota
Shang-An dimana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan membangun sebuah
masjid. Dan inilah diyakini sebagai masjid pertama.[3]
Secara historis proses dakwah Islam dapat
ditelusuri melalui perjalanan para da’I hingga sampai ke negeri ini yaitu:
Pada masa dinasti Tang datanglah ke Canton
banyak orang asing dari Amman, Kamboja, Madinah dan beberapa orang lain.
Orang-orang Asing tersebut menyembah langit dan tidak ada patung-patung berhala
atau symbol-simbol pigura dalam rumah peribadatan mereka. Setelah meminta ijin
dari kaisar untuk tinggal di Canton mereka pun mendirikan bangunan-bangunan di
negeri itu. Para pendatang ini sangat tunduk dan patuh terhadap pemimpin yang
mereka pilih sendiri.
Pada zaman khalifah Utsman dikabarkan bahwa beliau
telah mengirimkan utusan seorang jenderal Arab tahun 651. Pada masa
pemerintahan Walid seorang jenderal Arab terkenal bernama Qutaibah bin Muslim
yang ditunjuk menjadi Gubernur Khurosan berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya
melintasi Oxus, Bhukhara, Samarkhand dan kota-kota lain di Timur hingga hampiir
di wilayah Cina. Pada tahun 713 gubernur tersebut mengirim delegasi
persahabatan menghadap kaisar Cina. Kaisar meminta bantuan kepada khalifah
Abbasiyah yaitu Al-Mansur yang segera mengirim pasukan Arab. Dengan bantuan
tersebut pasukan kaisar berhasil merebut kembali dua kota penting dari tangan
kaum pemberontak, yaitu kota Si Ngan Fu dan Ho Nan Fu.[4]
Periode penaklukan oleh bangsa Mongol pada abad
ke-13 membuka jalan untuk bermigrasi secara besar-besaran bagi orang Islam dari
berbagai keturunan Arab, Persia, Turki dan lain-lain. Sebagian mereka dating
sebagai pedagang, tentara, seniman dan kolonis. Dan sebagian mereka menetap
untuk menjadi warga Negara. Tahap demi tahap mereka berintegrasi dan
berasimilasi dengan budaya Cina dan perkawinan dengan orang Cina. Beberapa
pendatang tersebut menduduki jabatan penting dalam pemerintah Mongol dan inilah
kemudian dijadikan momen bagi mereka untuk menyebarkan Islam dan berdakwah.
Pada abad ke-14 Ibnu Battuta yang mengunjungi
Pantai Cina mengungkapkan sambutan hangat yang diterima dari penduduk yang
beragama Islam. Beliau mengunjungi sebuah wilayah khusus bagi orang-orang Islam
dan mereka ternyata juga dihormati oleh orang-orang Cina yang masih menyembah
berhala.[5]
Pada masa Kaisar Hung Wu (1368-1644) memberikan
berbagai hal istimewa bagi penduduk muslim Cina. Perkembangan serta kemakmuran
yang diaalami oleh kaum muslim sampai berakhirnya masa dinasti ini dapat
dilihat dari banyaknya jumlah masjid yang mereka bangun.
Perkembangan selanjutnya secara garis besar
masyarakat muslim Cina terbagi menjadi dua kelompok yaitu: Pertama, kelompok Hui yakni warga muslim yang tersebar dibeberapa
daerah yang berpenduduk Hui secara fisik dan bahasa adalah warga Cina tetapi
menganggap diri mereka bukan sebagai warga Cina disebabkan mereka tidak makan
daging babi dan menyembah roh nenek moyang, tidak berjudi, tidak mengkonsumsi
minuman keras dan tidak juga mengisap ganja. Kedua adalah kelompok muslim yang tidak berasimilasi dengan
masyarakat Asia Tengah, termasuk didalamnya kelompok Kazakh, Uighur, Kirgh dan
beberapa kelompok kecil lainnya yang sebagian besar mereka berbahasa Turki yang
tidak berasimilasi dengan kebudayaan Cina. Mereka baru mau bergabung sekitar
abad ke-19 ketika Cina berhasil mengalahkan serangkaian pemberontakan yang
dilancarkan muslim yang berbahasa Cina di daerah Yunan, Shei, dan provinsi
Kansu dan serangkaian pemberontakan di Uighur dan Kazakh di Singking.
Perkembangan selanjutnya kehidupan kaum
muslimin juga terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Salah satu diantaranya adalah akibat dari gerakan pembaruan yang melanda Cina
pada enam abad terakhir dikalangan kaum muslim di Cina dapat dijumpai spektrum
yang luas dari kepercayaan Islam. Sufisme mulai berdampak besar di Cina pada
akhir abad ke-17 yang dikembangkan oleh syekh, wali, baik yang berkebangsaan
asing maupun di Cina yang membawa ajaran-ajaran baru di kota ziarah. Hierarki
sufi ini telah mampu membantu banyak orang terutama suku Hui selama krisis
ekonomi pada abad ke-20 dan 17 serta membantu gerakan perlawanan pemberontakan
pemimpin muslim yang luas terhadap kekuasaan Kaisar Ming dan Qian di Yunan,
Shaanxi, Gansu, Xinjing.[6]
C.
Pola dakwah kontemporer Cina
Secara cultural terjadi pembangkitan kembali
gerakan dakwah Islam di Cina, yaitu pada abad ke-19 dan 20. Periode ini
orang-rang muskim banyak membangun lebih dari seribu sekolah dasar dan perpustakaan
dan banyak sekolah menengah.
Secara
poltis, umat muslim Cina membuat kemunculan kembali secara mengesankan. Banyak
diantara mereka ergabung dengan Revolusi Nasionalis. Sementara itu
pengorganisasian semua muslim Cina dibawah payung tunggal dimotori oleh muslim
Mongolia. Mereka menilai bahwa islam tradisional terlalu menyesuaikan diri
dengan praktik-praktik Cina dan menilai sufisme terlalu memuja wali dan makam.
Sehingga aktivitas gerakan dakwahnya lebih pada aspek pembuatan dalam kehidupan
masyarakat. [7]
[1]
Thomas W. Arnold,Sejarah Dakwah Islam(Jakarta:Widya Jakarta,1997)hlm.256
[2]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia
Group,2007)hlm.135
[3]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia
Group,2007)hlm.135
[4]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.136
[5]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia
Group,2007)hlm.137
[6]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia
Group,2007)hlm.138
[7]
Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia
Group,2007)hlm.139
Tidak ada komentar:
Posting Komentar