animasi bergerak

Sabtu, 10 Desember 2016

SEJARAH DAKWAH DI CINA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah dakwah berasal dari dua kata yaitu sejarah dan dakwah.”sejarah ” berasal dari bahasa arab yaitu “syajarah” yang berarti pohon . Dalam bahasa arab sendiri sejarah itu juga di sebut tarikh yang berarti penanggalan atau kejadian berdasarkan urutan tanggal dan waktu. Orang inggris sendiri menyebut sejarah dengan histori yang katanya berasal dari bahasa yunani yaitu “istoria” yang berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun tidak . Sejarah adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini.
Sedangkan dakwah secara etimologis (lughatan) berasal dari kata da’a, yad’u, dakwatan. kata da’a mengandung arti menyeru, memanggil, dan mengajak. dakwah dapat diartikan sebagai panggilan, seruan, dan ajakan. jadi dakwah islam adalah kegiatan mengajak, menyeru dan memanggil seseorang kepada islam. Wahyu Ilahi sendiri mendefinisikan dakwah sebagai “kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan allah dan istiqmah dijalannya, serta berjuamg bersama meninggikan agama allah swt”.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa sejarah dakwah adalah peristiwa masa lampau umat islam dalam upaya mereka menyeru, memanggil, dan mengajak umat manusia kepada islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan – perubahan yang terjadi setelah dakwah di gulirkan baik secara langsung maupun tidak langsung .
Cina merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai penduduk terpadat. Yang berjumlah sekitar 1.3 milyar penduduk.dan juga di anggap bahwa negara ini merupakan negara komunis  Di negara yang menggunakan mandarin sebagai bahasa nasionalnya menganggap bahwa agama tidaklah penting, karena mereka menganggap bahwa agama adalah sesutau yang kuno dan agama di gunakan pada masyarakat yang tidak mampu menjalankan tantangan hidup.
Dakwah mempunyai pegertian mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Oleh karena itu peran dakwah yang diperlukan untuk melurusakan jalan yang menyimpang tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah awal dakwah di cina ?
2.      Bagaimana proses dakwah islam masuk ke cina ?
3.      Bagaimana pola dakwah kontemporer Cina?























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Dakwah Islam di Cina
Sebuah hadits Nabi Muhammad berbunyi: “Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina”. Meskipun sanad hadits ini tidak begitu kuat, namun bukan mustahil bahwa Nabi Muhammad mengenal negeri Cina, mengingat hubungan perdagangan antara Arab da Cina  telah lama terjalin sebelum beliau lahir. Melalui Arablah Syria dan kota-kota pelabuhan di Laut Tengah menerima hasil-hasil bumi negeri-negeri timur.[1]
jika di lacak kedatangan islam di cina dapat di telusuri melalui dua jalur perdagangan: Pertama , melalui jalan laut dan kemudian melalui jalan darat. Dan komunitas muslim melalui jalan tersebut telah meningkat secara terus menerus melalui imigrasi, perpindahan agama dan perkawinan. Pada abad ke-6 perdagangan antara Arab dan Cina sangat berkembang melalui Ceylon. Sementara itu pada abad ke-7 perdagangan segitiga antara Arab, Cina dan Persia makin berkembang lagi dan kota Syiraf di teluk Persia merupakan bursa bagi para pedagang Cina (618-907). Dan pertama kali nama Arab di sebut-sebut dalam sejarah Cina. Mereka mencatat kekuasaan islam di madinah dengan ringkas juga menggambarkan keadaan agama baru tersebut.[2]
B.     Proses Islam masuk ke Cina
Islam telah tersebar di Cina selama lebih 1300 tahun. Kini terdapat lebih dari 20 juta warga Muslim di negeri itu. Mereka tersebar 10 suku, termasuk etnik Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya. Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh Cina, terutama di bagian barat laut Cina, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, wilayah otonomi Xinjiang dan wilayah otonomi Ningxia. Ekspedisi Arab pertama kalinya dating ke Cina di tahun kedua, yaitu pada dinasti Tang tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Usman. Ekspedisi tersebut dipimpin oleh Saad bin Ibn Abi Waqqas salah satu sahabat Nabi Delegasi tersebut melalui laut, mendarat di Canton, kemudian melalui darat pergi ke ibukota Shang-An dimana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan membangun sebuah masjid. Dan inilah diyakini sebagai masjid pertama.[3]
Secara historis proses dakwah Islam dapat ditelusuri melalui perjalanan para da’I hingga sampai ke negeri ini yaitu:
Pada masa dinasti Tang datanglah ke Canton banyak orang asing dari Amman, Kamboja, Madinah dan beberapa orang lain. Orang-orang Asing tersebut menyembah langit dan tidak ada patung-patung berhala atau symbol-simbol pigura dalam rumah peribadatan mereka. Setelah meminta ijin dari kaisar untuk tinggal di Canton mereka pun mendirikan bangunan-bangunan di negeri itu. Para pendatang ini sangat tunduk dan patuh terhadap pemimpin yang mereka pilih sendiri.
Pada zaman khalifah Utsman dikabarkan bahwa beliau telah mengirimkan utusan seorang jenderal Arab tahun 651. Pada masa pemerintahan Walid seorang jenderal Arab terkenal bernama Qutaibah bin Muslim yang ditunjuk menjadi Gubernur Khurosan berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya melintasi Oxus, Bhukhara, Samarkhand dan kota-kota lain di Timur hingga hampiir di wilayah Cina. Pada tahun 713 gubernur tersebut mengirim delegasi persahabatan menghadap kaisar Cina. Kaisar meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah yaitu Al-Mansur yang segera mengirim pasukan Arab. Dengan bantuan tersebut pasukan kaisar berhasil merebut kembali dua kota penting dari tangan kaum pemberontak, yaitu kota Si Ngan Fu dan Ho Nan Fu.[4]
Periode penaklukan oleh bangsa Mongol pada abad ke-13 membuka jalan untuk bermigrasi secara besar-besaran bagi orang Islam dari berbagai keturunan Arab, Persia, Turki dan lain-lain. Sebagian mereka dating sebagai pedagang, tentara, seniman dan kolonis. Dan sebagian mereka menetap untuk menjadi warga Negara. Tahap demi tahap mereka berintegrasi dan berasimilasi dengan budaya Cina dan perkawinan dengan orang Cina. Beberapa pendatang tersebut menduduki jabatan penting dalam pemerintah Mongol dan inilah kemudian dijadikan momen bagi mereka untuk menyebarkan Islam dan berdakwah.
Pada abad ke-14 Ibnu Battuta yang mengunjungi Pantai Cina mengungkapkan sambutan hangat yang diterima dari penduduk yang beragama Islam. Beliau mengunjungi sebuah wilayah khusus bagi orang-orang Islam dan mereka ternyata juga dihormati oleh orang-orang Cina yang masih menyembah berhala.[5]
Pada masa Kaisar Hung Wu (1368-1644) memberikan berbagai hal istimewa bagi penduduk muslim Cina. Perkembangan serta kemakmuran yang diaalami oleh kaum muslim sampai berakhirnya masa dinasti ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah masjid yang mereka bangun.
Perkembangan selanjutnya secara garis besar masyarakat muslim Cina terbagi menjadi dua kelompok yaitu: Pertama, kelompok Hui yakni warga muslim yang tersebar dibeberapa daerah yang berpenduduk Hui secara fisik dan bahasa adalah warga Cina tetapi menganggap diri mereka bukan sebagai warga Cina disebabkan mereka tidak makan daging babi dan menyembah roh nenek moyang, tidak berjudi, tidak mengkonsumsi minuman keras dan tidak juga mengisap ganja. Kedua adalah kelompok muslim yang tidak berasimilasi dengan masyarakat Asia Tengah, termasuk didalamnya kelompok Kazakh, Uighur, Kirgh dan beberapa kelompok kecil lainnya yang sebagian besar mereka berbahasa Turki yang tidak berasimilasi dengan kebudayaan Cina. Mereka baru mau bergabung sekitar abad ke-19 ketika Cina berhasil mengalahkan serangkaian pemberontakan yang dilancarkan muslim yang berbahasa Cina di daerah Yunan, Shei, dan provinsi Kansu dan serangkaian pemberontakan di Uighur dan Kazakh di Singking.
Perkembangan selanjutnya kehidupan kaum muslimin juga terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Salah satu diantaranya adalah akibat dari gerakan pembaruan yang melanda Cina pada enam abad terakhir dikalangan kaum muslim di Cina dapat dijumpai spektrum yang luas dari kepercayaan Islam. Sufisme mulai berdampak besar di Cina pada akhir abad ke-17 yang dikembangkan oleh syekh, wali, baik yang berkebangsaan asing maupun di Cina yang membawa ajaran-ajaran baru di kota ziarah. Hierarki sufi ini telah mampu membantu banyak orang terutama suku Hui selama krisis ekonomi pada abad ke-20 dan 17 serta membantu gerakan perlawanan pemberontakan pemimpin muslim yang luas terhadap kekuasaan Kaisar Ming dan Qian di Yunan, Shaanxi, Gansu, Xinjing.[6]
C.     Pola dakwah kontemporer Cina
Secara cultural terjadi pembangkitan kembali gerakan dakwah Islam di Cina, yaitu pada abad ke-19 dan 20. Periode ini orang-rang muskim banyak membangun lebih dari seribu sekolah dasar dan perpustakaan dan banyak sekolah menengah.
Secara poltis, umat muslim Cina membuat kemunculan kembali secara mengesankan. Banyak diantara mereka ergabung dengan Revolusi Nasionalis. Sementara itu pengorganisasian semua muslim Cina dibawah payung tunggal dimotori oleh muslim Mongolia. Mereka menilai bahwa islam tradisional terlalu menyesuaikan diri dengan praktik-praktik Cina dan menilai sufisme terlalu memuja wali dan makam. Sehingga aktivitas gerakan dakwahnya lebih pada aspek pembuatan dalam kehidupan masyarakat. [7]







[1] Thomas W. Arnold,Sejarah Dakwah Islam(Jakarta:Widya Jakarta,1997)hlm.256
[2] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.135
[3] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.135
[4] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.136
[5] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.137
[6] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.138
[7] Wahyu Ilaihi,Pengantar,Sejarah Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Meedia Group,2007)hlm.139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar