animasi bergerak

Jumat, 09 Desember 2016

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA ABU BAKAR ASH-SHIDIQ



I.    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
             Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah pada 11 H (632 M), tugas keagamaan dan kenegaraan diteruskan oleh para penggantinya yaitu empat sahabat terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui perkawinan, untuk menggantikan pemimpin kaum muslimin. Keempat khalifah ini dalam sejarah Islam dikenal dengan Khulafaur Rasyidin.
             Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan khalifah yang pertama dalam Khulafaur Rasyidin. Abu Bakar yang secara demokratis terpilih menjadi pemimpin umat Islam menggantikan setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
             Sebagai seorang muslim kita harus mengetahui bagaimana sejarah peradaban Islam, bagaimana kepemimpinan Islam pada waktu itu setelah Nabi wafat. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat kepemimpinan berada di tangan Khulafaur Rasyidin. Maka dari itu pemakalah akan menguraikan tentang khulafaur Rasyidin yang pertama yaitu pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi Abu Bakar Ash-Shidiq?
2.      Apa saja faktor terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah pertama?
3.      Bagaimana sifat dan keteladanan Abu Bakar Ash-Shidiq?
4.      Bagaimana pembinaan peradaban pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq?
5.      Bagaimana berakhirnya kekhalifahan pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq?




II.     PEMBAHASAN
A.    Biografi Abu Bakar Ash-Shidiq
             Abu Bakar Ash-Shidiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taimi Al-Quraisyi. Silsilah Nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab).[1]Abu Bakar lahir tahun 573 M dalam keluarga bangsawan dan terhormat dari Makkah. Abu Bakar adalah nama keluarganya sebelum masuk Islam. Setelah masuk Islam, dia menerima gelar Siddiq, artinya yang Benar.[2]Ayahnya bernama Utsman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannaya bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad.
             Abu Bakar merupakan orang pertama kali masuk Islam ketika islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk memepercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk islam. Dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh Quraisy, menemani Rosul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan[3] memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan.
             Ketika  Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, selanjutnya mereka berpindah dan menjadi tetangga Abu Bakar sama-sama menempati rumah bertingkat dua yang mewah. Nabi dan  Abu Bkar berusia sama dan sama sebagai pedagang. Karena pergaulannya yang luas ditambah dengan keramah tamahan Abu Bakar mampu mengajak beberapa orang masuk Islam. Mereka antara lain Abdurrahman ibn Auf, Utsman ibn Affan, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn Waqqash dan Zubair ibn Awwam. Selanjutnya menyusul Abu Ubaidah ibn Jarrahserta beberapa orang penduduk Mekah lainnya. [4]
B.     Faktor terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah pertama
1.      Dekat dengan Rasulullah dan selalu menjadi pendanmping Nabi, melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang mengejeknya, terutama pada saathijrah ke Madinah. Beliau membantu Nabi Muhammad SAW dalamproses penyebaran Islam karena paling memahami risalah rasul.
2.      Sahabat yang sangat dipercaya oleh rasulullah,  ketika Mekah berhasil ditundukkan dan umat Islam akan menunaikan Ibadah Haji, pimpinan jamaah haji dipercayakan kepada Abu Bakar. Saat Rasulullah berhalangan tidak mengimami sholat di masjid Nabawi, Abu Bakar menggantikannya sebagai imam sholat.
3.      Masyarakat sangat mempercayainya, beliau menerima Abu Bakar Ash-Shidiq, sebagai orang yang sangat dipercaya.
4.      Abu Bakar adalah seorang sahabat yang sangat dermawan.
5.      Abu Bakar adalah orang yang petamakali masuk Islam.[5]
C.    Sifat Dan Keteladanan Abu Bakar Ash-Shidiq
             Abu Bakar adalah sahabat setia Nabi tercinta. Dia mengikuti agama Nabi Muhammad SAW. Pada saat terjadinya penentangan yang sengit dan dia siap mrnghadapi segala macam kesulitan dan kekerasan demi tujuan Islam. Rahasia kekuatannya adalah keyakinan kepada Nabi Muhammad SAW. “Jangan menyebut aku Khalifah Allah”, kata Abu Bakar, “tetapi sebutlah aku Khalifah Nabi Allah”. Abu Bakar-lah yang pertama menghimpun ayat suci Al-Qur’an ke dalam satu jilid. Dialah yang menyerahkan semua harta kekayaannya untuk kepentingan umat.[6]
             Abu Bakar bersimpati kepada orang miskin dan sengsara. Agar dapat membantu orang yang menderita dan dapat membebaskan penderitaan orang yang melarat, dia biasa meronda pada malam hari. ia mencurahkan seluruh tenaganya untuk mengelola negara yang baru lahir itu dan untuk kebaikan para warganya. Kesetiannya terhadap prinsip Islam, dan kesederhanaannya dalam kehidupan merupakan ciri utama akhlaqnya. Abu Bakar merupakan perwujudan yang benar dari jiwa Islam. Rajin, arif, bijaksana dan jujur merupakan sifat Abu Bakar. [7]

D.    Pembinaan Peradaban Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
1.      Pembinaan bidang keagaman
            Abu Bakar bukan hanya dikatakan sebagai khalifah, namun juga sebagai penyelamat Islam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan umat Islam yang telah bercerai berai setelah wafat Rasulullah SAW. Abu Bakar memegang tugas sebagai khalifah untuk melaksanakan dan menerapkan syariat islam. Kontrol pelaksanaan yang mudah serta tolok ukur yang jelas, yaitu nash-nash syara’ telah menjadikan masa tugasnya menjadi kokoh dan tegak dalam menegakkan rahmat bagi seluruh dunia dan masa berikutnya selama berabad-abad.[8]
2.      Pembinaan bidang kesejahteraan umat
            Pada bidang kesejahteraan umat Abu bakar dalam menciptakan stabilitas ekonomi umat dengan beberapa prinsip ekonomi Islam yang terus mereka kembangkan berdasarkan warisan Rasulullah. Pertama, pengakuan terhadap pemilik individu berikut penggunaannya. Kedua, pada prinsipnya kepemilikan pribadi itu juga harus dipertanggungjawabkan kepada Allah, dimana fungsi utamanya di dunia sebagai tanggung jawab sosial. Ketiga, prinsip harta disalurkan kepada pihak fakir miskin yang lebih membutuhkan. Karena itu Abu Bakar mengamankan kawasan Arab dari para penyeleweng, orang-orang yang enggan membayar  zakat, mereka yang murtad, dan nabi-nabi palsu.[9]
            Beliau menumpas tuntas gerakan kemunafikan dan kemurtadan, yang dilakukan oleh mereka yang beranggapan bahwa setelah nabi Muhammad wafat, maka segala perjanjian dengan nabi dianggap selesai.
Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu:
a.       Mereka yang mengaku Nabi dan pengikutnya termasuk di dalamnya orang yang meninggalkan sholat, zakat, dan melakukan kebiasaan jahiliyah.
b.      Mereka yang memisahkan ntara sholat, tetapi tidak mau mengeluarkan zakat karena dianggap sebagai pembayaran upeti kepada kepala pemerintahan (khalifah).
          Untuk menghadapi kaum murtad, Abu Bakar membentuk sebelas pasukan dan menunjuk sebelas pemimpin, yaitu: Khalid ibn Walid di utus untuk memerangi Thulaihah ibn Khuwailid (nabi palsu) dan Malik ibn Muwairah (kepala pemberontak), Ikrimah ibn Abi Jahal ditugaskan memerangi Musailamah al-Kadzab (nabi palsu) di Yamamah, Muhajir ibn Abi Umaiyah memerangi al-aswad al-ansi. Amr ibn Ash ditugaskan ke daerah Qudaah, Said ibn Ash ke daerah Syiria. Khuzaifah Muhsin ditugaskan di daerah Oman. Affajah ibn Hursimah ke daerah Muhirrah, Syurahbil ibn Hasanah ditugaskan ke Yamamah, membantu Ikrimah. Thuraifah ibn Hajiz menuju ke daerah Bani Salim dan Khuwazin, Suaib ibn Mukrim menaklukan Tihamah di Yaman. Abdullah ibn Hadramih menaklukan Bahrain. Kesemua pasukan itu mampu menyelesaikan tugas dan nabi palsu seperti Thulaihah menjadi insaf.
          Peperangan melawan orang-orang yang beralih agama mereka semula, sedikit mengalami kesalahan, tetapi segera berhasil mengesankan. Keberhasilan mereka memberikan keseimbangan dukungan terhadap pemerintah Madinah dan para anggota suku-suku yang bimbang dan tidak secara terang-terangan mendukung orang-orang murtad tersebut diterima kembali sebagai anggota muslim dan segera ditugaskan untuk memerangi para pemberontak
            Sedangkan kemajuan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan umat, Abu Bakar membentuk lembaga Baitul Mal, lembaga keuangan atau kas negara. Dimna keuangan berasal dari pengumpulan zakat, harta ganimah dan upeti. Sementara keuangan yang keluar harus sesuai dengan ketetapan syari’at dan dana Baitul Mal ini tidak diperbolehkan untuk keperluan pribadi.[10]

3.      Pembinaan bidang politik
            Abu Bakar memperhatikan suatu hal terpenting dalam politik Islam bahwa kedaulatan tidak di tangan rakyat maupun kepada pemerintahan, melainkan ditangan syara’. Selanjutnya peraturan syara’ yang bersumber dari Illahi, tidak boleh dimonopoli oleh kepala pemerintahan dan tidak dimanipulasi oleh para ulama. Posisi kaum muslimin di hadapan syara’ adalah sama dari sisi hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, meskipun kekuasaan dan wewenang pelaksanaan politik itu terpusat kepada khalifah, tidak menyebabkan kelemahan Islam, malah justru kepala pemerintahan akan memperkuatnya.[11]

4.      Pengumpulan ayat-ayat Qur’an
            Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan atas usul Umar ibn Khattab yang khawatir Al-Qur’an hilang, setelah 70 hafidz al-Qur’an berguguran dalam peperangan, terutama ketika memerangi kaum murtad dalam perang Riddah. Selain itu tulisan ayat-ayat Al-Qur’an berserakan pada daun, kulit kayu, tulang, dan sebagainya. pada awalnya Abu Bakar agaak berat melaksanakanusulan tersebut, karena belum pernah dilaksanakan pada Nabi Muhammad SAW. Namun dengan alasan Umar bahwa semakin banyak para hafidz al-Qur’an akan meninggal, Abu Bakar pun setuju dan menugaskan Zaid ibn Tsabit, penulis wahyu Rasulullah SAW untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berserakan itu.[12]

5.      Pembinaan bidang pemerintahan
            Kebijakan yang dilakukan Abu Bakar di bidang pemerintahan adalah berdasar musyawarah. Pengangkatan Abu Bakar menajadi khalifah tidak atas kehendak sendiri, melainkan hasil musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, maka beliau mulai menjalankan tugasnya, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan.
            Sistem politik islam pada masa Abu Bakar bersifat sentralistik, dimana kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah, dengan membentuk An-Nidham al-Qadla’i atau Mahkamah Pengadilan, baik di masa Nabi ataupun dalam masa Khulafaur Rasyidin. Ketika memutuskan masalah Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika beliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari tindakan Rasul. Apabila yang dicari tidak ditemukan juga, beliau mengumpulkan tokoh cerdik pandai terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah, berdiskusi, dan melakukan penelitian, dimana hasilnya beliau tetapkan sebagai keputusan.[13]
            Kaum muslimin dan masyarakat Madinah mematuhi keputusan pemerintah yang bersumber dari agama, dan mereka meyakini bahwa ajaran agama yang melahirkannpemerintahan dan Negara Islam dengan kesadaran iman.[14]

E.     Berakhirnya Kekhalifahan Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
             Abu Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, beliau ingin memberikan kekhalifahan kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khatab. Beliau meminta pertimbangan-pertimbangan sahabat senior. Mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar. Beliau menulis wasiat untuk itu, lalu membai’at Umar. Beberapa hari setelah itu, Abu Bakar meninggal.                   
             Abu Bakar memanggil Utsman dan mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Beliau meninggal dunia pada hari Senin tanggal 23 Agustus 624 M. Sholat jenazah dipimpin oleh Umar, dan beliau dimakamkan di rumah Aisyah, di samping makan Nabi. Beliau berusia 63 tahun ketika meninggal dunia, dan kekhalifahannya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.[15]













III.           PENUTUP
A.    Kesimpulan
             Abu Bakar Ash-Shidiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taimi Al-Quraisyi. Abu Bakar merupakan orang pertama kali masuk Islam ketika islam mulai didakwakan.
             Salah satu faktor terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah pertama adalah Abu Bakar dekat dengan Rasulullah dan selalu menjadi pendanmping Nabi, melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang mengejeknya, terutama pada saathijrah ke Madinah.
             Abu Bakar bersimpati kepada orang miskin dan sengsara. Agar dapat membantu orang yang menderita dan dapat membebaskan penderitaan orang yang melarat, dia biasa meronda pada malam hari.
             Pembinaan Peradaban Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq meliputi pada bidang keagamaan, kesejahteraan umat, politik, ayat-ayat al-Qur’an, dan bidang pemerintahan.
             Abu Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, beliau ingin memberikan kekhalifahan kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khatab.

B.     Saran
Demikian makalah yang kami susun. Kritik dan saran yang membangun kami harapkangunakaryatulis yang lebihbaiklagi, terimakasih.



                [1] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm.67
                [2] Ali, Studi Sejarah Islam, (Bandung:Bina Cipta.1999), hlm.90
                [3] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm.67
                [4] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015), hlm.50.
                [5] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, hlm.52
                [6] Ali, Studi Sejarah Islam, (Bandung: Bina Cipta, 1995), hlm.101
                [7] Ali, Studi Sejarah Islam, hlm.102
                [8] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.52-53
                [9] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.53
                [10] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.55
                [11] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.56
                [12] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.58-59
                [13] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam,hlm.59
                [14] Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, hlm.60
                [15] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm.76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar