I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah pada 11 H
(632 M), tugas keagamaan dan kenegaraan diteruskan oleh para penggantinya yaitu
empat sahabat terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui perkawinan,
untuk menggantikan pemimpin kaum muslimin. Keempat khalifah ini dalam sejarah
Islam dikenal dengan Khulafaur Rasyidin.
Abu
Bakar Ash-Shidiq merupakan khalifah yang pertama dalam Khulafaur Rasyidin. Abu
Bakar yang secara demokratis terpilih menjadi pemimpin umat Islam menggantikan
setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Sebagai
seorang muslim kita harus mengetahui bagaimana sejarah peradaban Islam,
bagaimana kepemimpinan Islam pada waktu itu setelah Nabi wafat. Setelah Nabi
Muhammad SAW wafat kepemimpinan berada di tangan Khulafaur Rasyidin. Maka dari
itu pemakalah akan menguraikan tentang khulafaur Rasyidin yang pertama yaitu
pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Abu Bakar Ash-Shidiq?
2. Apa saja faktor terpilihnya Abu Bakar
sebagai Khalifah pertama?
3. Bagaimana sifat dan keteladanan Abu
Bakar Ash-Shidiq?
4. Bagaimana pembinaan peradaban pada masa
Abu Bakar Ash-Shidiq?
5. Bagaimana berakhirnya kekhalifahan pada
masa Abu Bakar Ash-Shidiq?
II. PEMBAHASAN
A. Biografi Abu Bakar Ash-Shidiq
Abu Bakar Ash-Shidiq (nama
lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin
Taimi Al-Quraisyi. Silsilah Nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab).[1]Abu
Bakar lahir tahun 573 M dalam keluarga bangsawan dan terhormat dari Makkah. Abu
Bakar adalah nama keluarganya sebelum masuk Islam. Setelah masuk Islam, dia
menerima gelar Siddiq, artinya yang
Benar.[2]Ayahnya
bernama Utsman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin
Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama
Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis
keturunannaya bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad.
Abu Bakar merupakan orang pertama
kali masuk Islam ketika islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk
memepercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia
telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan
menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk islam. Dia pernah membela
Nabi tatkala Nabi disakiti oleh Quraisy, menemani Rosul Hijrah, membantu kaum
yang lemah dan[3]
memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan.
Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, selanjutnya mereka berpindah dan menjadi tetangga Abu Bakar
sama-sama menempati rumah bertingkat dua yang mewah. Nabi dan Abu Bkar berusia sama dan sama sebagai
pedagang. Karena pergaulannya yang luas ditambah dengan keramah tamahan Abu
Bakar mampu mengajak beberapa orang masuk Islam. Mereka antara lain Abdurrahman
ibn Auf, Utsman ibn Affan, Thalhah ibn Ubaidillah, Sa’ad ibn Waqqash dan Zubair
ibn Awwam. Selanjutnya menyusul Abu Ubaidah ibn Jarrahserta beberapa orang
penduduk Mekah lainnya. [4]
B. Faktor terpilihnya Abu Bakar sebagai
Khalifah pertama
1. Dekat dengan Rasulullah dan selalu
menjadi pendanmping Nabi, melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang
kafir yang mengejeknya, terutama pada saathijrah ke Madinah. Beliau membantu
Nabi Muhammad SAW dalamproses penyebaran Islam karena paling memahami risalah rasul.
2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh
rasulullah, ketika Mekah berhasil
ditundukkan dan umat Islam akan menunaikan Ibadah Haji, pimpinan jamaah haji
dipercayakan kepada Abu Bakar. Saat Rasulullah berhalangan tidak mengimami
sholat di masjid Nabawi, Abu Bakar menggantikannya sebagai imam sholat.
3. Masyarakat sangat mempercayainya, beliau
menerima Abu Bakar Ash-Shidiq, sebagai orang yang sangat dipercaya.
4. Abu Bakar adalah seorang sahabat yang
sangat dermawan.
5. Abu Bakar adalah orang yang petamakali
masuk Islam.[5]
C. Sifat Dan Keteladanan Abu Bakar
Ash-Shidiq
Abu Bakar adalah sahabat setia Nabi
tercinta. Dia mengikuti agama Nabi Muhammad SAW. Pada saat terjadinya
penentangan yang sengit dan dia siap mrnghadapi segala macam kesulitan dan
kekerasan demi tujuan Islam. Rahasia kekuatannya adalah keyakinan kepada Nabi
Muhammad SAW. “Jangan menyebut aku Khalifah Allah”, kata Abu Bakar, “tetapi
sebutlah aku Khalifah Nabi Allah”. Abu Bakar-lah yang pertama menghimpun ayat
suci Al-Qur’an ke dalam satu jilid. Dialah yang menyerahkan semua harta
kekayaannya untuk kepentingan umat.[6]
Abu Bakar bersimpati kepada orang
miskin dan sengsara. Agar dapat membantu orang yang menderita dan dapat
membebaskan penderitaan orang yang melarat, dia biasa meronda pada malam hari.
ia mencurahkan seluruh tenaganya untuk mengelola negara yang baru lahir itu dan
untuk kebaikan para warganya. Kesetiannya terhadap prinsip Islam, dan
kesederhanaannya dalam kehidupan merupakan ciri utama akhlaqnya. Abu Bakar
merupakan perwujudan yang benar dari jiwa Islam. Rajin, arif, bijaksana dan
jujur merupakan sifat Abu Bakar. [7]
D. Pembinaan Peradaban Pada Masa Abu Bakar
Ash-Shidiq
1. Pembinaan bidang keagaman
Abu
Bakar bukan hanya dikatakan sebagai khalifah, namun juga sebagai penyelamat
Islam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan umat Islam
yang telah bercerai berai setelah wafat Rasulullah SAW. Abu Bakar memegang
tugas sebagai khalifah untuk melaksanakan dan menerapkan syariat islam. Kontrol
pelaksanaan yang mudah serta tolok ukur yang jelas, yaitu nash-nash syara’
telah menjadikan masa tugasnya menjadi kokoh dan tegak dalam menegakkan rahmat
bagi seluruh dunia dan masa berikutnya selama berabad-abad.[8]
2. Pembinaan bidang kesejahteraan umat
Pada
bidang kesejahteraan umat Abu bakar dalam menciptakan stabilitas ekonomi umat
dengan beberapa prinsip ekonomi Islam yang terus mereka kembangkan berdasarkan
warisan Rasulullah. Pertama, pengakuan terhadap pemilik individu berikut
penggunaannya. Kedua, pada prinsipnya kepemilikan pribadi itu juga harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah, dimana fungsi utamanya di dunia sebagai
tanggung jawab sosial. Ketiga, prinsip harta disalurkan kepada pihak
fakir miskin yang lebih membutuhkan. Karena itu Abu Bakar mengamankan kawasan
Arab dari para penyeleweng, orang-orang yang enggan membayar zakat, mereka yang murtad, dan nabi-nabi
palsu.[9]
Beliau
menumpas tuntas gerakan kemunafikan dan kemurtadan, yang dilakukan oleh mereka
yang beranggapan bahwa setelah nabi Muhammad wafat, maka segala perjanjian
dengan nabi dianggap selesai.
Adapun orang murtad pada waktu itu ada
dua yaitu:
a. Mereka yang mengaku Nabi dan pengikutnya
termasuk di dalamnya orang yang meninggalkan sholat, zakat, dan melakukan
kebiasaan jahiliyah.
b. Mereka yang memisahkan ntara sholat,
tetapi tidak mau mengeluarkan zakat karena dianggap sebagai pembayaran upeti
kepada kepala pemerintahan (khalifah).
Untuk menghadapi kaum murtad, Abu
Bakar membentuk sebelas pasukan dan menunjuk sebelas pemimpin, yaitu: Khalid
ibn Walid di utus untuk memerangi Thulaihah ibn Khuwailid (nabi palsu) dan
Malik ibn Muwairah (kepala pemberontak), Ikrimah ibn Abi Jahal ditugaskan
memerangi Musailamah al-Kadzab (nabi palsu) di Yamamah, Muhajir ibn Abi Umaiyah
memerangi al-aswad al-ansi. Amr ibn Ash ditugaskan ke daerah Qudaah, Said ibn
Ash ke daerah Syiria. Khuzaifah Muhsin ditugaskan di daerah Oman. Affajah ibn
Hursimah ke daerah Muhirrah, Syurahbil ibn Hasanah ditugaskan ke Yamamah,
membantu Ikrimah. Thuraifah ibn Hajiz menuju ke daerah Bani Salim dan Khuwazin,
Suaib ibn Mukrim menaklukan Tihamah di Yaman. Abdullah ibn Hadramih menaklukan
Bahrain. Kesemua pasukan itu mampu menyelesaikan tugas dan nabi palsu seperti
Thulaihah menjadi insaf.
Peperangan melawan orang-orang yang
beralih agama mereka semula, sedikit mengalami kesalahan, tetapi segera
berhasil mengesankan. Keberhasilan mereka memberikan keseimbangan dukungan
terhadap pemerintah Madinah dan para anggota suku-suku yang bimbang dan tidak
secara terang-terangan mendukung orang-orang murtad tersebut diterima kembali
sebagai anggota muslim dan segera ditugaskan untuk memerangi para pemberontak
Sedangkan
kemajuan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan umat, Abu Bakar
membentuk lembaga Baitul Mal, lembaga keuangan atau kas negara. Dimna keuangan
berasal dari pengumpulan zakat, harta ganimah dan upeti. Sementara keuangan
yang keluar harus sesuai dengan ketetapan syari’at dan dana Baitul Mal ini
tidak diperbolehkan untuk keperluan pribadi.[10]
3. Pembinaan bidang politik
Abu
Bakar memperhatikan suatu hal terpenting dalam politik Islam bahwa kedaulatan
tidak di tangan rakyat maupun kepada pemerintahan, melainkan ditangan syara’.
Selanjutnya peraturan syara’ yang bersumber dari Illahi, tidak boleh dimonopoli
oleh kepala pemerintahan dan tidak dimanipulasi oleh para ulama. Posisi kaum
muslimin di hadapan syara’ adalah sama dari sisi hak dan kewajibannya. Oleh
karena itu, meskipun kekuasaan dan wewenang pelaksanaan politik itu terpusat
kepada khalifah, tidak menyebabkan kelemahan Islam, malah justru kepala
pemerintahan akan memperkuatnya.[11]
4. Pengumpulan ayat-ayat Qur’an
Pengumpulan
ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan atas usul Umar ibn Khattab yang khawatir
Al-Qur’an hilang, setelah 70 hafidz al-Qur’an berguguran dalam peperangan,
terutama ketika memerangi kaum murtad dalam perang Riddah. Selain itu tulisan
ayat-ayat Al-Qur’an berserakan pada daun, kulit kayu, tulang, dan sebagainya.
pada awalnya Abu Bakar agaak berat melaksanakanusulan tersebut, karena belum
pernah dilaksanakan pada Nabi Muhammad SAW. Namun dengan alasan Umar bahwa
semakin banyak para hafidz al-Qur’an akan meninggal, Abu Bakar pun setuju dan
menugaskan Zaid ibn Tsabit, penulis wahyu Rasulullah SAW untuk mengumpulkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang berserakan itu.[12]
5. Pembinaan bidang pemerintahan
Kebijakan
yang dilakukan Abu Bakar di bidang pemerintahan adalah berdasar musyawarah.
Pengangkatan Abu Bakar menajadi khalifah tidak atas kehendak sendiri, melainkan
hasil musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar sebagai
khalifah, maka beliau mulai menjalankan tugasnya, baik sebagai pemimpin umat
maupun sebagai pemimpin pemerintahan.
Sistem
politik islam pada masa Abu Bakar bersifat sentralistik, dimana kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah, dengan
membentuk An-Nidham al-Qadla’i atau Mahkamah Pengadilan, baik di masa Nabi
ataupun dalam masa Khulafaur Rasyidin. Ketika memutuskan masalah Abu Bakar
selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika beliau tidak memperolehnya maka
beliau mempelajari tindakan Rasul. Apabila yang dicari tidak ditemukan juga,
beliau mengumpulkan tokoh cerdik pandai terbaik dan mengajak mereka
bermusyawarah, berdiskusi, dan melakukan penelitian, dimana hasilnya beliau
tetapkan sebagai keputusan.[13]
Kaum
muslimin dan masyarakat Madinah mematuhi keputusan pemerintah yang bersumber
dari agama, dan mereka meyakini bahwa ajaran agama yang melahirkannpemerintahan
dan Negara Islam dengan kesadaran iman.[14]
E. Berakhirnya Kekhalifahan Pada Masa Abu
Bakar Ash-Shidiq
Abu
Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, beliau
ingin memberikan kekhalifahan kepada seseorang sehingga diharapkan manusia
tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khatab.
Beliau meminta pertimbangan-pertimbangan sahabat senior. Mereka semua mendukung
pilihan Abu Bakar. Beliau menulis wasiat untuk itu, lalu membai’at Umar.
Beberapa hari setelah itu, Abu Bakar meninggal.
Abu Bakar memanggil Utsman dan
mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Beliau
meninggal dunia pada hari Senin tanggal 23 Agustus 624 M. Sholat jenazah
dipimpin oleh Umar, dan beliau dimakamkan di rumah Aisyah, di samping makan
Nabi. Beliau berusia 63 tahun ketika meninggal dunia, dan kekhalifahannya
berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.[15]
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Bakar Ash-Shidiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah
bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taimi Al-Quraisyi. Abu Bakar
merupakan orang pertama kali masuk Islam ketika islam mulai didakwakan.
Salah satu faktor terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah
pertama adalah Abu Bakar dekat dengan Rasulullah dan selalu menjadi pendanmping
Nabi, melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang mengejeknya,
terutama pada saathijrah ke Madinah.
Abu Bakar bersimpati kepada orang miskin dan sengsara.
Agar dapat membantu orang yang menderita dan dapat membebaskan penderitaan
orang yang melarat, dia biasa meronda pada malam hari.
Pembinaan Peradaban Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
meliputi pada bidang keagamaan, kesejahteraan umat, politik, ayat-ayat
al-Qur’an, dan bidang pemerintahan.
Abu Bakar merasa bahwa kematiannya
telah dekat dan sakitnya semakin parah, beliau ingin memberikan kekhalifahan
kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik,
jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khatab.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun. Kritik
dan saran yang membangun kami harapkangunakaryatulis yang lebihbaiklagi,
terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar